Apa yang Terjadi pada Otak Manusia Mulai dari Bayi hingga Lansia?

Otak adalah mesin penggerak segala fungsi dan aktivitas tubuh manusia. Jika Anda ingin bergerak atau melakukan sesuatu, otaklah yang memerintah dan mengaturnya. Kecerdasan, kreativitas, emosi, dan ingatan juga menjadi sekian dari banyak hal yang diatur oleh otak. Nah, tahukah Anda seperti tahapan perkembangan otak manusia sejak bayi hingga lansia? Yuk, cari tahu jawabannya dalam ulasan berikut.
Otak mulai terbentuk sejak dalam kandungan
Otak manusia mulai berkembang sejak minggu ke-empat setelah pembuahan, ketika tabung saraf akhirnya menutup. Tabung saraf adalah jaringan saraf yang paling perama terbentuk sejak pembuahan, tampak seperti cacing tanah yang membentang sepanjang bagian belakang embrio.
Pada saat Anda hamil tiga minggu, embrio yang sedang berkembang telah membentuk alur saraf, yang merupakan fondasi bagi struktur otak. Otak manusia kemudian terus berkembang seiring usia kehamilan, ditandai dengan munculnya sel-sel saraf (neuron) yang membentuk struktur dan fungsi baru pada otak. Setiap neuron akan terhubung dengan neuron lainnya untuk membentuk sistem saraf dengan bantuan serat yang disebut dendrit dan akson.
Berikut rincian perkembangan otak manusia dari bayi begitu dilahirkan sampai usia tuanya.
Perkembangan otak manusia dari bayi hingga lansia
Saat bayi dilahirkan
Dilansir dari Reader’s Digest, seorang ahli saraf bernama David Perlmutter, MD., mengatakan bahwa rata-rata pertumbuhan sel otak selama masih dalam kandungan adalah sekitar 250.000 sel otak baru per menit.
Ketika bayi dilahirkan, ada sekitar sekitar 100 miliar neuron yang terbentuk sehingga ukuran otak bayi sudah mencapai 60% dari ukuran otak dewasa. Saat lahir, myelin atau zat lemak yang melindungi akson pada otak serta membantu impuls bergerak lebih cepat sudah diproduksi oleh otak yang berada di dekat sumsum tulang belakang. Bagian otak tersebut bertugas untuk mengatur fungsi-fungsi dasar, seperti bernapas, makan, dan mengendalikan detak jantung.
Masa anak-anak
Memasuki usia tiga tahun, ukuran otak manusia membesar menjadi 80% dari ukuran otak utuh saat dewasa. Pada usia ini, otak sebenarnya memiliki lebih dari 200 persen sinaps. Sinaps adalah hubungan antara akson dengan sel sarag yang memungkinkan informasi mengalir di antara keduanya.
Seiring dengan tumbuh kembang anak, otak mulai memecah sinaps yang dianggap tidak penting sehingga otak menjadi lebih fokus hanya pada koneksi yang penting.
Saat menginjak usia lima tahun, perkembangan otak menjadi lebih tajam. Setiap pengalaman yang dirasakan anak akan membentuk sinaps. Itu kenapa perkembangan otak anak akan disesuaikan dengan lingkungan anak. Bila anak merasakan pengalaman negatif, maka akan otak akan membentuk trauma dan ingatan negatif berkat sinaps yang terbentuk. Tetapi di sisi lain, upaya pemulihan kondisi juga lebih efektif dilakukan daripada di usia yang lebih tua.
Menginjak usia remaja
Ukuran dan berat otak remaja tidak berbeda jauh dengan orang dewasa, tapi belum sepenuhnya berkembang matang. Pada usia ini, myelin yang sudah dihasilkan ketika bayi dilahirkan memiliki rangkaian yang lebih kompleks. Rangkaian akhir myelin tersebut berada di bagian lobus frontal, tepatnya di belakang dahi. Myelin berfungsi untuk mengambil keputusan, mengontrol impuls, dan empati.
Namun, fungsi tersebut belum begitu mantap layaknya orang dewasa. Oleh karena itu, banyak remaja yang sering mengalami galau atau emosi yang labil. Perlu peran orangtua dalam membimbing anak remajanya dalam mengambil keputusan supaya terhindar dari pilihan yang buruk.
Beranjak dewasa
Saat memasuki usia 20 tahun, perkembangan otak pada lobus frontal akhirnya selesai, terutama pada kemampuan penilaian. Itu sebabnya usia 25 digadang menjadi usia terbaik untuk mengambil keputusan.
Namun demikian, perkembangan otak akan mulai menurun secara perlahan di rentang usia ini. Tubuh akan dengan sendirinya akan membentuk sekaligus menghilangkan sel saraf dan sel otak. Terlebih walaupun sel otak dan sinaps tetap dibentuk, namun prosesnya memakan waktu yang lebih lambat. Saat memasuki usia 30 tahun, pemecahan sinaps menjadi lebih sulit sehingga banyak orang dewasa yang mengalami kesulitan untuk fokus untuk mempelajari sesuatu yang baru.
Beberapa penyakit mental yang melemahkan perkembangan fungsi lobus frontal otak, seperti skizofernia, depresi, hingga gangguan kecemasan paling rentan terjadi di masa dewasa muda. Sekitar 60 sampai 80% orang yang berusia 18 sampai 25 tahun memiliki salah satu, atau lebih, dari kondisi ini.
Memulai kebiasaan olahraga dan pola makan sehat untuk menjaga kesehatan otak sampai usia senja nanti idealnya dimulai sejak saat ini.
Sudah lanjut usia
Pada usia 50 tahun, ingatan mulai menjadi lebih pendek atau Anda jadi lebih mudah melupakan sesuatu. Ini disebabkan karena penuaan alami mengubah ukuran dan fungsi otak. Berkurangnya kemampuan otak sepenuhnya disebabkan oleh kematian sel-sel otak dan sinapsis. Otak menjadi menyusut dan risiko berbagai penyakit terkait dengan otak akan terus meningkat.
Sekitar 5% orang dewasa mengalami gejala awal Alzheimer di usia 50-an. Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui perubahan yang terjadi pada diri Anda; apakah terjadi akibat penuaan alami atau gejala Alzheimer. Satu dari sepuluh lansia berusia 65 tahun ke atas diketahui memiliki alzheimer. Risiko ini pun meningkat setiap 5 tahun. Saat usia mencapai 85 tahun, risiko Alzheimer menjadi 50% lebih besar.
Oleh karena itu, lansia diharuskan tetap rutin berolahraga untuk meningkatkan kemampuan otaknya, misalnya dengan senam aerobik, dan mengonsumsi makanan yang sehat untuk otak serta serta menghindari stres sebagai pertahanan terbaik terhadap penuaan otak.
Artikel Asli
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==