Kurang
tidur memang akan membuat kita merasa pusing, lemas, dan membuat
suasana hati menjadi tidak enak dan mudah marah. Tapi, apakah mungkin
kurang tidur menyebabkan kematian pada manusia?
Pada tahun 1965, seorang remaja berusia 16 tahun bernama Randy Gardner memecahkan rekor tidak tidur selama 11 hari dan 24 menit.
Setelah tiga hari tidak tidur, suasana hati Gardner dikabarkan mulai memburuk dan ia kehilangan koordinasi, serta panca inderanya terpengaruh. Di hari kelima, ia mulai mengalami halusinasi.
Meski begitu, secara keseluruhan, kesehatan Gardner dinyatakan baik-baik saja dan ia tidak mengalami ancaman kesehatan yang serius. Jadi, tampaknya kurang tidur tidak akan mematikan bagi manusia.
Microsleep
Alasan mengapa kurang tidur tidak akan menyebabkan kematian pada manusia adalah karena kita telah mengembangkan kemampuan untuk melakukan microsleep.
Kamu mungkin pernah menahan kantuk saat bekerja dan tiba-tiba kamu merasa seperti sedang tertidur selama beberapa detik dan kepalamu terantuk. Keadaan tersebut yang disebut dengan microsleep.
Microsleep ditandai dengan pandangan mata yang mulai kosong, bengong, dan mulai kehilangan konsentrasi. Rasa pusing juga mungkin dialami oleh orang yang memaksakan diri untuk tetap terbangun saat mengantuk.
Saat terjadi microsleep, beberapa bagian otak akan ikut tertidur sebentar, karena itu kita akan mengalami kehilangan kesadaran. Berkat microsleep ini lah kita bisa tetap hidup meskipun kita kurang tidur.
Microsleep biasa dialami pada saat sebelum Matahari terbit dan di siang hari.
Meski tidak akan membunuh secara langsung, Karyn O’Keefe dari Sleep/Wake Research Centre at Massey University di Selandia Baru mengatakan kalau kurang tidur tetap berbahaya.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, saat terjadi microsleep, kita akan mengalami kehilangan konsentrasi. Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan, apalagi saat sedang berpergian dan menyetir.
“Kurang tidur dapat meningkatkan kemungkinan mengalami kecelakaan saat sedang berkendara,” kata O’Keefe kepada Science Alert.
Selain itu, kurang tidur juga meningkatkan risiko terkena penyakit berbahaya.
"Dalam jangka panjang, kurang tidur telah terbukti menyebabkan masalah dengan kesehatan, seperti peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular dan stroke, serta meningkatkan risiko depresi dan kecemasan," kata O 'Keefe.
Artikel Asli
Pada tahun 1965, seorang remaja berusia 16 tahun bernama Randy Gardner memecahkan rekor tidak tidur selama 11 hari dan 24 menit.
Setelah tiga hari tidak tidur, suasana hati Gardner dikabarkan mulai memburuk dan ia kehilangan koordinasi, serta panca inderanya terpengaruh. Di hari kelima, ia mulai mengalami halusinasi.
Meski begitu, secara keseluruhan, kesehatan Gardner dinyatakan baik-baik saja dan ia tidak mengalami ancaman kesehatan yang serius. Jadi, tampaknya kurang tidur tidak akan mematikan bagi manusia.
Microsleep
Alasan mengapa kurang tidur tidak akan menyebabkan kematian pada manusia adalah karena kita telah mengembangkan kemampuan untuk melakukan microsleep.
Kamu mungkin pernah menahan kantuk saat bekerja dan tiba-tiba kamu merasa seperti sedang tertidur selama beberapa detik dan kepalamu terantuk. Keadaan tersebut yang disebut dengan microsleep.
Microsleep ditandai dengan pandangan mata yang mulai kosong, bengong, dan mulai kehilangan konsentrasi. Rasa pusing juga mungkin dialami oleh orang yang memaksakan diri untuk tetap terbangun saat mengantuk.
Saat terjadi microsleep, beberapa bagian otak akan ikut tertidur sebentar, karena itu kita akan mengalami kehilangan kesadaran. Berkat microsleep ini lah kita bisa tetap hidup meskipun kita kurang tidur.
Microsleep biasa dialami pada saat sebelum Matahari terbit dan di siang hari.
Meski tidak akan membunuh secara langsung, Karyn O’Keefe dari Sleep/Wake Research Centre at Massey University di Selandia Baru mengatakan kalau kurang tidur tetap berbahaya.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, saat terjadi microsleep, kita akan mengalami kehilangan konsentrasi. Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan, apalagi saat sedang berpergian dan menyetir.
“Kurang tidur dapat meningkatkan kemungkinan mengalami kecelakaan saat sedang berkendara,” kata O’Keefe kepada Science Alert.
Selain itu, kurang tidur juga meningkatkan risiko terkena penyakit berbahaya.
"Dalam jangka panjang, kurang tidur telah terbukti menyebabkan masalah dengan kesehatan, seperti peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular dan stroke, serta meningkatkan risiko depresi dan kecemasan," kata O 'Keefe.
Artikel Asli